Pertamina Jalankan Strategi Pertumbuhan Ganda Perkuat BBM dan Energi

Minggu, 26 Oktober 2025 | 13:14:45 WIB
Pertamina Jalankan Strategi Pertumbuhan Ganda Perkuat BBM dan Energi

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terus mendorong inovasi di sektor energi, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga mendukung transisi energi rendah karbon.

 Perusahaan migas nasional ini menjalankan Strategi Pertumbuhan Ganda (Dual Growth Strategy) yang menekankan pengembangan bisnis energi hijau sekaligus memperkuat bisnis inti fosil, seperti BBM, LPG, dan energi lainnya.

Strategi ini merupakan kombinasi antara bisnis eksisting Pertamina di sektor fosil dan ekspansi energi terbarukan. Dengan pendekatan ini, Pertamina ingin memastikan bisnis legacy tetap kuat, sementara sektor energi rendah karbon juga berkembang, selaras dengan tren global menuju ekonomi hijau.

Dual Growth Strategy: Keseimbangan Bisnis Inti dan Energi Hijau

Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Agung Wicaksono menjelaskan bahwa strategi ini sejalan dengan konsep Double Track milik Petrobras, perusahaan migas nasional Brazil.

“Kedua strategi ini menekankan bahwa pengembangan bisnis low carbon harus berjalan beriringan dengan penguatan bisnis legacy atau bisnis inti yang sudah ada,” jelas Agung.

Strategi Pertamina mencakup seluruh rantai nilai energi fosil, mulai dari sektor hulu, pengolahan kilang, distribusi, hingga penjualan BBM dan LPG. Pendekatan ini memastikan perusahaan tetap kompetitif di pasar tradisional sambil membangun portofolio energi ramah lingkungan.

Pengembangan Energi Terbarukan

Selain memperkuat bisnis fosil, Pertamina juga fokus pada optimalisasi energi hijau melalui pengembangan biofuel, bioetanol, dan Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Dalam program biodiesel, Pertamina telah meningkatkan kandungan Bahan Bakar Nabati (BBN) secara bertahap:

B2: 2 persen BBN

B5: 5 persen BBN

B40: 40 persen BBN

“Program ini berhasil menghemat devisa lebih dari USD 40 miliar sejak tahun 2020, sekaligus membuka banyak lapangan kerja dan memberikan manfaat besar bagi lingkungan,” ujar Agung.

Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil dan mendorong pemanfaatan sumber daya domestik yang ramah lingkungan.

Target E10 dan Pertamax Green 95

Selain biodiesel, Pertamina juga memproduksi Pertamax Green 95, bensin yang mengandung 5 persen bioetanol (E5), tersedia di 163 SPBU seluruh Indonesia.

“Ke depan, kami menargetkan pengembangan E10, sehingga konsumsi bioetanol nasional akan meningkat,” tambah Agung.

Pertamina mencontohkan keberhasilan Brazil yang memanfaatkan tebu (sugarcane) sebagai bahan baku bioetanol. Model Brazil menunjukkan bahwa bioetanol dapat berhasil secara ekonomi, teknis, dan ekologis, bahkan membantu menjaga kelestarian hutan Amazon.

Dengan penerapan E10, Pertamina berharap mendorong konsumsi bioetanol dalam negeri sekaligus memperluas basis pengguna energi ramah lingkungan.

Inovasi Sustainable Aviation Fuel (SAF)

Pertamina juga mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak jelantah (used cooking oil) sebagai bagian dari strategi keberlanjutan bisnis. Di kilang Pertamina Cilacap, SAF telah diproduksi melalui proses co-processing dengan kandungan minyak jelantah 2,5 persen.

Produk SAF ini telah diuji coba oleh maskapai Pelita Air dalam penerbangan rute Jakarta–Denpasar.

“Program ini juga menjadi bagian dari ekonomi sirkular. Masyarakat dapat menjual minyak jelantah di lebih dari 30 titik pengumpulan di SPBU. Minyak ini kemudian diolah kembali menjadi bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan,” jelas Agung.

Inisiatif ini tidak hanya mendukung transisi energi, tetapi juga memberi peluang ekonomi baru bagi masyarakat melalui pengumpulan dan penjualan minyak jelantah.

Dampak Strategi Pertumbuhan Ganda

Strategi Pertumbuhan Ganda Pertamina memberikan beberapa manfaat strategis:

Keberlanjutan Bisnis: Bisnis inti BBM dan LPG tetap kuat, menjaga stabilitas perusahaan di sektor tradisional.

Pengembangan Energi Hijau: Biofuel, bioetanol, dan SAF mendukung target nasional pengurangan emisi karbon.

Efisiensi Devisa: Penggunaan biofuel domestik mengurangi ketergantungan impor dan menekan pengeluaran devisa.

Lapangan Kerja Baru: Proyek energi terbarukan membuka peluang kerja di sektor biofuel dan ekonomi sirkular.

Keterlibatan Publik: Program SAF melibatkan masyarakat dalam pengumpulan minyak jelantah, meningkatkan kesadaran lingkungan.

Dengan strategi ini, Pertamina menegaskan komitmennya menjadi perusahaan energi berkelanjutan yang tetap mengedepankan profitabilitas sekaligus tanggung jawab lingkungan.

PT Pertamina (Persero) mengimplementasikan Dual Growth Strategy untuk mengembangkan bisnis fosil sekaligus energi rendah karbon. Melalui biofuel, bioetanol, Pertamax Green 95, dan SAF, Pertamina mendorong transisi energi di Indonesia sambil memperkuat bisnis inti BBM dan LPG.

Inisiatif ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menghemat devisa negara, membuka lapangan kerja, dan melibatkan masyarakat dalam ekonomi sirkular. 

Dengan strategi pertumbuhan ganda, Pertamina berupaya menjadi pelopor transisi energi di Asia Tenggara, sekaligus menjaga ketahanan energi nasional.

Terkini